Selasa, 30 Mei 2017

ff WooGyu Falling In Love Wth My Idol Chater 13


Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 13
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 13 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading! ~0~)
Sebelumnya dichapter 12
Sung Jong menelan air ludahnya ketika menatap tangan Woo Hyun yang sudah siap untuk berjabat tangan dengannya, “Tunangan Sung Gyu.” Senyum Sung Jong terhenti ketika Woo Hyun melanjutkan ucapannya.
Chapter 13
“Kim Sung Jong, adik iparmu ...” ucapnya pasrah.
Setelah itu keduanya sama-sama melepas jabatan itu. Woo Hyun kembali menolehkan kepalanya pada appanya. Ia mendekatkan kepalanya ke telinga Tn. Nam, berniat untuk berbisik, ‘Aku akan meghamili Sung Gyu duluan, sebelum menikah ...’
Mata Tn. Nam membulat setelah mendengar bisikan Woo Hyun. Ketika Tn. Nam hendak menyemprot Woo Hyun dengan kemarahannya, suara Sung Gyu sudah menyaung-nyaung dari lantai dua. Itu semakin membuat appanya membulatkan matanya. Pertanyaan semacam ‘Bagaimana ini? Apa yang akan mereka lakukan?’ ada di dalam benaknya.
“Appa ... Sung Gyu memanggilku,” ucap Woo Hyun sambil memamerkan smik evilnya pada appanya.
Woo Hyun berjalan menuju lantai dua melewati tangga sambil membawa koper yang berisi baju-baju Sung Gyu. Selama kakinya terus melangkah, tak henti-hentinya bibir Woo Hyun terus terangkat karena sudah berhasil mengerjai sang appa. Ny. Kim tampak memandang heran pada Tn. Nam. Oppanya itu seperti menahan amarah yang sangat setelah Woo Hyun membisikkan sesuatu.
“Hyun!”
Panggilan appanya membuat Woo Hyun menghentikan langkahnya, “Besok appa berangkat ke Jepang. Untuk sementara kau bisa tinggal di sini bersama Sung Gyu, Sung Jong, Ny. Kim dan Park Ahjumma.”
“Jinjja? Baiklah, kalau begitu aku titip Hyung. Bawa dia pulang ke Korea, bahkan aku hampir lupa ke wajahnya,”
Sung Gyu tersenyum melihat kedekatan orang tua dan anaknya itu, tapi tidak ketika Tn. Nam mengucapkan, “Sebelum itu, penuhi keinginan appa ...”
Sung Gyu dan yang lainnya mengerjitkan dahinya mendengar ucapan Tn. Nam. Woo Hyun tampak kesal mendengar ucapan Tn. Nam. Ia meremas kasar rambut hitamnya, “Appa ... jebalyo ... 2 tahun aku menahannya,”
“Bwo!? 2 tahun? Di usiamu yang 17 tahun?”
“Kalian sedang latihan drama?” Ucapan Sung Gyu dibalas dengan tatapan tajam dari Tn. Nam dan Woo Hyun. Sung Gyu langsung menolehkan kepalanya menghindari tatapan mematikan Woo Hyun dan appanya.
“Ayolah appa .. aku sudah 18 tahun, sebentar lagi aku 19 tahun,”
“Terserah! Gyu! Appa pulang!”
Tn. Nam langsung menyambar kuncil mobil dan jasnya yang ia letakkan di kursi di depan Sung Jong. Sementara Sung Gyu, Woo Hyun, dan Tn. Nam berdebat, Sung Jong, Ny. Kim, dan Park Ahjumma hanya menonton. Tentu saja mereka tidak tahu menahu tentang keluarga Woo Hyun.
Setelah memastikan bahwa appanya sudah pulang, Woo Hyun melanjutkan langkahnya menuju kamar Sung Gyu. Sesampainya di sana, Woo Hyun dihidangkan dengan pemandangan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Sung Gyu yang hanya memakai tanktop dan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Woo Hyun langsung mengunci pintu kamar Sung Gyu.
“Gyu, kau benar-benar membuatku gila,” seru Woo Hyun dengan suara beratnya.
Sung Gyu melangkah menuju tempat Woo Hyun yang sekarang tengah menyandarkan tubuhnya di pintu. Sung Gyu mendekatkan wajahnya hingga jarak antara wajahnya dan wajah Woo Hyun hanya berkisar 2 cm, berniat menggoda Woo Hyun. Tanpa Woo Hyun sadari, koper yang dibawanya tadi sudah berada di tangan Sung Gyu. Rupanya Sung Gyu hanya berniat mengambil koper yang ada di tangan Woo Hyun. sung Gyu tahu Woo Hyun tidak akan memberikan kopernya dengan gratis, pasti akan ada pajak yang harus ia bayar. Ditambah keadaannya sekarang yang hanya tertutup tanktop tipis dan handuk putih. Kulitnya yang mulus benar-benar terekspos di depan Woo Hyun. Apalagi leher Sung Gyu yang begitu menggiurkan untuk dicicipi.
“Tadi kau benar-benar kelewatan menyentuhku, Hyun.” ucapan yang lebih mirip dengan desahan itu berhasil membuat Woo Hyun memejamkan matanya.
Kehadiran Sung Gyu benar-benar berpengaruh bagi dirinya. Hanya sebuah hembusan napas yang Sung Gyu berikan di telinga Woo Hyun, tapi berhasil membuat Woo Hyun memejamkan mata hingga tidak sadar bahwa koper itu sudah berada di tangan Sung Gyu.
“................”
Lama Woo Hyun memejamkan matanya hingga tak sadar bahwa Sung Gyu sudah ada di dalam kamar mandi. Ketika matanya kembali terbuka, Woo Hyun hanya mendengar gemercik air yang bersumber dari kamar mandi Sung Gyu. Benar, Sung Gyu harus mandi. Tadi pasti Sung Gyu mengeluarkan banyak keringat untuk menuntaskan aktivitasnya yang tertunda karena malu pada Woo Hyun.
Woo Hyun hanya menidurkan tubuhnya di tempat tidur Sung Gyu. Ia teringat dengan barang Sung Gyu yang akan ia curi. Woo Hyun kembali mendirikan badannya. Ia ambil barang-barang itu, kemudian menyembunyikannya di dalam baju.
“Gyu!” Panggil Woo Hyun dari luar kamar mandi.
“.......”
“Aku pulang! Aku harus menyiapkan bajuku!”
Teriakan Woo Hyun tak ada jawaban. Tanpa pikir panjang pun Woo Hyun keluar dari kamar Sung Gyu. Ketika di tangga, ia melihat Ny. Kim sedang berbincang dengan Sung Jong dan Park Ahjumma.
“Imo ... aku pulang dulu setelah itu aku kembali lagi ke sini,”
“Kau mau kemana?”
“Aku mau ke apartement, mengepak bajuku yang akan kugunakan selama tinggal di sini,”
“Hyung juga tinggal di sini?” Tanya Sung Jong.
“Eum, untuk sementara selama appa dan eomma tidak bisa merawat Sung Gyu, mereka menugaskanku menjaga Sung Gyu.”
“Cepatlah, Hyun.”
“Arasseo. Imo, jangan biarkan Sung Gyu sendirian di rumah ini, rumah ini mempunyai kenangan buruk dengannya,”
“Tenang saja, Hyun. Park Ahjumma akan selalu ada di sini,”
Woo Hyun hanya menganggukkan kepalanya sambil menarik ujung bibirnya, “Ahjumma, minta bantuannya. Kalau begitu aku pulang dulu,”
Woo Hyun menutup pintu utama rumah Sung Gyu. Semuanya menjadi hening ketika Woo Hyun keluar dari rumah.
“Eomma, apakah Woo Hyun Hyung sangat mencintai Sung Gyu Hyung?” Tanya Sung Jong.
“Tentu saja. Eomma mengenalnya sejak dia masih kanak-kanak, karena dia anak dari sahabat saudara eomma, Tn. Eric Nam. Dulu dia begitu kecil dan mungil. Entah bagaimana ia tumbuh kenapa bisa seperti sekarang. Dia terlihat gagah dan berwawasan luas. Tubuhnya yang tegap selalu siaga apabila bahaya mendekati Sung Gyu. Bahkan selama eomma bersamamu di Itali, kata sopir pribadi eomma yang diam-diam menjaga Sung Gyu, Woo Hyun menawarkan pekerjaan di apartementnya sebagai seorang pelayan. Mungkin karena itu, perlahan cinta di hati keduanya tumbuh menjadi perasaan yang meluap-luap. Eomma tidak tahu siapa yang memberitahu mereka berdua kalau sebenarnya mereka sudah dijodohkan,” Sung Jong hanya menganggukkan kepalanya mendengar penuturan eommanya. Dengan ini Sung Jong bisa memantapkan hatinya untuk hanya menganggap Woo Hyun sebagai hyungnya, tidak lebih.
=====*=====
Sekitar jam 04:05 sore, Woo Hyun kembali ke apartementnya. Woo Hyun sedikit tercengang melihat satu pasang sepatu kantor berada di rak sepatunya. Woo Hyun tidak mempunyai sepatu seperti itu, tidak mungkin milik appanya. Sepatu milik appanya tidak kecil seperti itu.
Drrrttt Drrrttt
Getaran ponselnya menyadarkan Woo Hyun dari lamunannya.
‘Hyun, Boo Hyun ada di apatementmu,’
Ucapan appanya membuat Woo Hyun lega. Woo Hyun mengusap dadanya merasa tenang. Ia hanya takut terjadi perampokan di apartementnya ini, dan mengambil harta berharganya (kardus berisi foto Sung Gyu).
“Ngapain Hyung di sini? Apa dia sudah pindah kewarganegaraan? Hyung akan menetap di sini?”
‘Tidak tidak, dia tetap berkewarganegaraan Jepang. Dia di sini hanya membantu appa menghandel urusan Kim Corp.’
“Lalu appa?”
‘Sebagai gantinya, appa yang akan menggantikan hyungmu di Jepang.’
“Lama?”
‘Hmmm ... tentu saja. Eomma juga ikut dengan appa,’
Woo Hyun menghembuskan napasnya kasar. Di saat seperti inilah, rasa kesepian menghampirinya. Hari-hari sebelumnya, biasanya Sung Gyu yang mengisi hari-harinya. Sebelum Sung Gyu, biasanya Myug Soo yang selalu main ke apartementnya. Tapi sekarang semua sudah tidak bisa lagi. Sung Gyu sudah bersama keluarga barunya, sedangkan Myung Soo lebih sibuk dengan kekasihnya.
“Kapan appa kembali?”
‘Satu atau dua tahun lagi,’
Woo Hyun menelan ludahnya. Itu bukan waktu yang sedikit. Terdapat 720 hari dalam 2 tahun itu. Woo Hyun harus melewatinya tanpa seorang appa dan eomma.
‘Tenanglah, Hyun. Hyungmu akan tinggal di apartementmu,’ lanjut Tn. Nam.
“Ck! Walaupun sebenarnya aku keberatan, kapan aku bisa membatalkan rencana appa. Sudahlah, aku tutup,”
Setelah berucap demikian, Woo Hyun langsung menutup sambungan teleponnya dengan appanya. Telinga Woo Hyun mendengar derap kaki mendekatinya. Sekarang sudah tidak lagi rasa takut yang ia rasakan, melainkan rasa rindu pada sang hyung yang teramat dalam.
“Woo Hyun-ah, cepatlah masuk,” begitu yang Boo Hyun ucapkan sebelum kembali lagi ke sofa di ruang tengah.
Mulut Woo Hyun membulat ketika melihat hyungnya. Seperti melihat Woo Hyun kedua. Itulah yang dipikirkannya. Wajah Hyungnya benar-benar mirip dengan wajahnya.
Woo Hyun pun melenggang masuk dan mendudukkan tubuhnya di samping hyungnya yang tengah menonton tv. Rupanya kebiasaanya dengan hyungnya pun sama. Menonton drama jika tak ada kerjaan.
“Kau tidak merindukan ku?” Ucapan Boo Hyun hanya di balas sebuah cengiran oleh Woo Hyun.
“H-hyung .. kau tahulah, kita sudah belasan tahun berpisah, dan selama ini aku tidak tahu sama sekali tentang dirimu. Bahkan aku hampir lupa kalau aku punya saudara,”
“Jadi kau sungkan padaku?”
Woo Hyun menundukkan kepalanya menghindari tatapan Boo Hyun. “Ahhh ... dasar anak muda jaman sekarang. Bersikaplah seperti biasanya padaku, Hyun.”
“Baiklah. Malam ini Hyung akan menginap di sini?”
“Tidak hanya malam ini, tapi malam-malam seterusnya hyung akan tidur dan makan di sini. Dalam artian, hyung akan tinggal di sini bersamamu selama hyung membantu perusahaan sahabat appa,”
Boo Hyun hendak melangkahkan kakinya ke dapur untuk menyiapkan makan malam, “Tapi hyung ...” seruan Woo Hyun menghentikan langkahnya.
“Kenapa lagi?”
“Tidak, tidak jadi.” Boo Hyun melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Woo Hyun mengambil ponselnya yang ada di kantong celana seperempatnya. Ia mendial angka satu dengan tujuan Sung Gyu.
‘Yeobseyo ...’
“Gyu, apa imo sedang bersamamu?”
‘Eum, waeyo?’
Woo Hyun menghela napasnya lega setelah mendengar ucapan Sung Gyu. “Maaf, aku tidak bisa tinggal di apartementmu. Kau bisa tidur dengan Sung Jong, kan?”
‘........... waeyo?’
“Hyungku baru datang dari Jepang dan dia akan tinggal bersamaku di sini. Maafkan aku, Gyu.”
‘Gwenchanayo, habiskan dulu harimu bersama hyungmu. Kapan-kapan mainlah ke sini bersama Boo Hyun Hyung.’
“Tentu saja. Kata appa, untuk sementara hyungku yang akan membantu perusahaanmu,”
‘Jinjja? Kalau begitu sampaikan salamku pada hyungmu,’
“Akan ku sampaikan. Aku tutup dulu,”
‘Eum ...’
Tutt!
“Cepatlah kemari, makanannya sudah siap!” Panggil Boo Hyun dari dapur.
“Nae, ghayo ..”
Woo Hyun menutup ponselnya lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia dudukkan dirinya di depan Boo Hyun. Spageti dan jus jeruk menjadi hidangan makanan malamnya.
“Kalau Sung Gyu yang masak, tak pernah ia memasakkan makanan seperti ini,”
“Hmmmm ...”
Boo Hyun menghentikan tangannya yang sedang memotong spageti ketika mendengar gumaman Woo Hyun, melihat Woo Hyun yang masih memandang spageti buatannya.
“Ada apa, Hyun?”
“Aniya, hanya ingat Sung Gyu.”
“Tunanganmu, benar?”
Woo Hyun mulai memotong spageti dan menyuapkan pada mulutnya, “Eum. Orang yang selama satu bulan ini merawatku,”
“Kapan-kapan kenalkan hyung dengannya,”
“Arasseo ...”
Selanjutnya dua saudara itu pun melanjutkan makan malamnya dalam keadaan hening, tanpa suara sepeser pun, hanya suara dentingan pisau dan garpu yang terdengar.
Setelah mereka selesai makan, Woo Hyun memutuskan membasuh badannya mengingat hari sudah malam, sedangkan Boo Hyun kembali ke ruang tamu menonton tv sambil menunggu Woo Hyun selesai dengan acara mandinya. Ketika Woo Hyun keluar dari kamar, Woo Hyun sudah lengkap dengan pakaian rapinya. Celana levis hitam, kaos biru dan sepatu putih menjadi pilihannya. Boo Hyun mengangkat alisnya ketika melihat Woo Hyun sudah rapi dengan kunci mobil yang berada di tangannya.
“Aku pergi dulu, hyung mandilah. Ingat, hyung satu kamar denganku,”
“Tapi Hyun, di sini ada dua kamar, kenapa hyung tidak boleh tidur di sana?”
“Tidak, hyung tidak boleh tidur di sana. Hyung tidak boleh menghapus jejak Sung Gyu dari sana,”
“Ck! Kau benar-benar mencintai tunanganmu itu, eoh?!”
“Sangat, hingga aku lebih mencintai dirinya daripada diriku. Sudahlah, aku pergi dulu,”
“Kau mau kemana?”
“Kafe Paradise, malam ini Sung Gyu bekerja di sana,”
Setelah itu Woo Hyun keluar dari apartementnya, meninggalkan hyungnya yang tengah menggelengkan kepalanya melihat kelakuan namdongsaengnya yang telah mulai beranjak dewasa. Tahap kedua di usia remaja berada di usia 18 tahun, persis seperti yang Woo Hyun alami saat ini. Perasaan cinta pada pasangannya dengan perasaan yang menggebu-gebu.
Boo hyun pun mematikan tv dan melangkahkan kakinya menuju kamar Woo Hyun. Ketika pertamakali masuk, nuansa merah langsung menyapanya. Ia hafal betul warna kesukaan dongsaengnya itu. Boo Hyun mendudukkan dirinya sebentar di bed king size Woo Hyun. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, menelusuri setiap sudut ruangan ini. Tanpa sengaja, tangannya menjatuhkan kunci mobil yang sedari tadi ia letakkan di tempat tidur. Saat Boo Hyun ingin mengambil kunci mobilnya, tanpa sengaja kakinya menyandung kunci mobilnya, membuat kunci mobilnya sukses masuk ke dalam kolom tempat tidur Woo Hyun. Boo Hyun berdecak kesal dengan kakinya sendiri. Terpaksa ia harus menjongkokkan badan besarnya untuk mencari kunci mobilnya.
Boo Hyun memicingkan matanya ketika tangannya menyentuh suatu benda keras nan besar di bawah tempat tidur. Ia segera mengeluarkan benda itu, kunci mobil pun terlupakan. Boo Hyun sedikit mengeluarkan tenaganya untuk mengeluarkan benda-benda itu yang telah ia ketahui sebuah kardus. 7 kardus sukses ia keluarkan semua. Ia mengelap keringat yang membanjiri pelipisnya. Sejauh ini ia belum tahu dengan pasti isi di dalam kardus-kardus itu. Boo Hyun mulai membuka kardus yang pertama ia keluarkan. Kardus pertama ini tidak berdebu, seperti baru di buka oleh pemiliknya.
Mata Boo Hyun membulat ketika membuka kardus pertama. Tidak puas melihat kardus pertama, ia melanjutkan ke kardus ke 2, dan isinya pun sama. Kardus ke 3, 4 dan kardus-kardus yang lainnya pun sama. Semua kardus ini berisi foto Sung Gyu yang diambil dari setiap sudut. Boo Hyun hanya berdecak mengingat tingkah dongsaengnya yang terlalu kekanak-kanakan ini. Sebaiknya ia mengajarkan Woo Hyun cara mendapatkan cintanya dengan cara dewasa. Tentu saja perannya sudah terlambat, toh sekarang Woo Hyun sudah mendapatkan Sung Gyu walaupun dengan cara kekanak-kanakan.
Perhatian Boo Hyun tertuju pada sebuah buku mirip buku dairy. ‘Sepertinya dairy ini juga milik Sung Gyu.’ Pikir Boo Hyun. Namun Boo Hyun tak berniat untuk membuka buku dairy itu, ia hanya kembali merapikan kardus-kardus itu dan meletakkan kembali di bawah tempat tidur Boo Hyun setelah mengambil kunci mobilnya. Boo Hyun pun membasuh tubuhnya. Setelah mandi ia hanya merapikan pakaiannya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian baru. Yang ia lakukan selama Woo Hyun pergi hanya membuat teh hijau dan menikmatinya di balkon apartement ditemani lampu-lampu Kota Seoul.
=====*=====
Ketika Woo Hyun sampai di Kafe Paradise, ia tidak menemukan bayangan Sung Gyu di sana. Dong Woo langsung menghampiri tamu yang sudah menjadi pelanggannya yang hampir setiap malam itu datang.
“Es susu coklat oreo?” Tanya Dong Woo yang sedang menggantikan tugas Sung Gyu sebagai writer.
Woo Hyun membalas pertanyaan Dong Woo dengan senyum simpul. “Seperti biasa, hyung. Kau sudah tahu kedatanganku ke sini, selain ingin bertemu dengan Sung Gyu, es susu coklat oreo menungguku,”
“Jadi persidangan itu dimenangkan Sung Gyu?” Woo Hyun menganggukkan kepalanya, “Dan dia sudah kembali ke rumahnya?” Lagi-lagi Woo Hyun hanya membalas pertanyaan Dong Woo dengan sebuah anggukan.
“Tunanganku, Sung Gyu adalah tunanganku. Kuberitahukan itu pada hyung,”
Antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Woo Hyun. Dong Woo menggelengkan kepalanya. Tapi otaknya kembali berpikir. Itu bukan hal yang mustahil bagi mereka berdua mengingat Woo Hyun adalah putra dari Nam Corp dan Sung Gyu sendiri pewaris tunggal Kim Corp. Dua perusahaan besar di negaranya yang sejak dulu memang memegang peran penting dalam dunia perbisnisan. Pertanyaan yang menghampiri otak kecil Dong Woo adalah, apakah Sung Gyu masih akan bekerja di Kafe Paradise setelah semua haknya kembali?
“Sudah ku duga. Kalain pasti sudah mempunyai garis takdir yang sama,” ucapan Dong Woo hanya di balas senyum simpul oleh Woo Hyun.
Ketika Dong Woo kembali ke dapur untuk memberikan catatan, pintu Kafe Paradise terbuka menampilkan orang yang sedari tadi Woo Hyun tunggu kedatangannya. Lengakap dengan mata berbinar dan senyum manisnya, Sung Gyu langsung menuju ruang ganti tanpa menyadari keberadaan Woo Hyun. Sesaat setelah bayangan Sung Gyu menghilang dari pandangan Woo Hyun, seorang namja yang sekarang menjabat sebagai adik iparnya tiba-tiba duduk di hadapan Woo Hyun dengan nyaman, yah ... Kim Sung Jong.
“Kau yang mengantarkan Sung Gyu?”
“Tentu saja, tidak mungkin eomma. Di rumah hanya ada ahjumma dan eomma,”
Woo Hyun menghela napasnya, “Ku harap kau bisa menemani Sung Gyu, Jong-ah.”
“Ck! Berhentilah menampakkan wajah bodohmu itu, hyung. Kau tenang saja, Sung Gyu Hyung aman denganku,”
“Jauhkan Sung Gyu dari mimpi buruknya, keramain, anjing dan kegelapan. Jika kau melihat Sung Gyu mengeluarkan banyak keringat ketika tidur, cepat bangunkan dia. Jangan bawa Sung Gyu ke taman bermain atau tempat-tempat ramai lainnya. Jangan pergi ke kebun binatang, dan jangan biarkan lampu kamarnya mati, walaupun Sung Gyu sudah tidur, biarkan lampu tidurnya tetap hidup. Kau harus tidur dengan Sung Gyu, Jongie. Hyung mohon padamu,”
Sung Jong memutar bola matanya mendengar nada rengekan dari Woo Hyun. “Tanpa hyung memohon pun akan ku lakukan,”
Secara tidak sengaja Woo Hyun seolah memberitahukan pada Sung Jong bahwa ia mengetahui semua tentang Sung Gyu. Sung Jong kali ini benar-benar yakin dengan cinta hyungnya. Sung Gyu dan Woo Hyun memang ditakdirkan untuk bersama dengan alasan garis takdir yang sama.
Setelah sepersekian menit mereka berbincang-bincang, Sung Gyu datang dengan membawakan pesanan Woo Hyun pada meja no. 12, tempat duduk Woo Hyun dan Sung Jong. Awalnya Sung Gyu terkejut dengan penuturan Dong Woo yang memberitahukan padanya kalau Woo Hyun sedang ada di sini dan menunggunya, pasalnya Woo Hyun sudah mengatakan padanya kalau Boo Hyun sudah pulang ke Korea dan akan menginap di apartemetnya. Tapi keterkejutannya terbayarkan setelah Woo Hyun mengatakan padanya kalau Woo Hyun hanya ingin melihatnya bekerja di Kafe. Setelah Sung Gyu meletakkan es susu coklat oreo pesanan Woo Hyun, Sung Gyu kembali mengerjakan tugasnya sebagai pelayan.
Sementara Sung Jong terus menceritakan keseruannya dengan Ny. Kim di Itali setelah lolos dari perbudakan, Woo Hyun hanya menanggapinya dengan anggukan dan jawab iya/tidak. Mata Woo Hyun hanya terpokus pada Sung Gyu. Tak jarang mata keduanya bertemu, dan saat itulah Sung Gyu melempar senyum manisnya pada Woo Hyun. Hanya karena senyum manis itulah dunia Woo Hyun seolah-olah berhenti. Jika bukan Sung Jong yang menepuk jidat Woo Hyun, sepertinya Woo Hyun tidak akan kembali ke dunianya. Sikap Sung Jong yang selalu bertingkah seenak jidat memang tak bisa dihindari. Walaupun Woo Hyun menjabat sebagai kakak iparnya, tanpa ragu Sung Jong menjitak bahkan menepuk jidat Woo Hyun yang ketahuan menggoda Sung Gyu dengan senyum dan wing alaynya.
Setelah shif jam kerja Sung Gyu habis, Woo Hyun meminta Sung Jong menunggu Sung Gyu di dalam mobil. Dengan alasan ingin bicara berdua, akhirnya Sung Jong meninggalkan Woo Hyun dan Sung Gyu di kursi yang selama ini menjadi favorite Woo Hyun.
“Kau menungguku?” Tanya Sung Gyu disertai senyum tipis.
“Eum,” Woo Hyun hanya menjawab tanpa melepas tatapannya dari mata Sung Gyu, tangannya pun dengan nyaman menggenggam tangan hangat Sung Gyu.
“Waeyo? Merindukanku?”
“Eum,” Woo Hyun terus menggenggam tangan Sung Gyu, tanpa berniat melepas tangannya.
“Ck! Baru tadi siang kau mengerjaiku” Sung Gyu berdecak mengingat sentuhan Woo Hyun tadi siang pada tubuhnya. Woo Hyun benar-benar kelewat batas, “Kau meninggalkan Boo Hyun Hyung?”
“Eum,”
“Berhentilah menatapku seperti itu,”
“Mata mungilmu benar-benar membuatku tidak bisa mengalihkan perhatianku,”
Ahh ... sudah lama Sung Gyu tidak merasakan pipinya memanas. Kali ini ia rasakan kembali. Pipinya langsung bersemu merah mendengar ucapan Woo Hyun.
“Berhenti menggombaliku, Hyun.”
“.......... aku tidak sedang menggombalimu, aku serius, Gyu.”
“Tetap saja,”
“Malam ini kau tidur dengan Sung Jong,”
“Itu pertanyaan atau pernyataan?”
“Pernyataan,”
Sung Gyu menghela napasnya, “Baiklah,”
“Kalau begitu pulanglah, aku juga akan pulang,”
Keduanya sama-sama keluar Kafe Paradise. Sung Jong sudah menunggu Sung Gyu di depan Kafe sambil mendengarkan musik dari sound mobilnya. Walaupun sudah keluar kafe pun Woo Hyun tak berniat melepas tangan Sung Gyu. Woo Hyun hanya membukakan pintu mobil untuk Sung Gyu, tangannya belum terlepas. Tangan mereka terlepas karena Sung Gyu melepasnya. Sebelum pergi, tak lupa Woo Hyun memberikan kecupan singkat di bibir Sung Gyu. Hanya sebuah kecupan kilat mengingat mereka sedang berada di tempat umum dan Sung Jong yang ada di samping Sung Gyu juga masih polos.
“Besok aku akan menjemputmu,” ucap Woo Hyun sambil mengelus pipi mulus Sung Gyu.
“Aku tunggu,”
Mobil Sung Jong pun mulai menjauh dari tempatnya berdiri, meninggalkan Woo Hyun yang mematung sambil menatap kepergian Sung Gyu. Woo Hyun juga mulai mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir, bersiap menginjak pedal gas mobilnya menuju apartementnya.
‘Sesuatu yang memilik wujud tidak sempurna, semuanya memiliki filosof dibalik penciptaannya. Filosof tentang teh hijau dan es susu coklat oreo benar-benar berbanding terbalik. Sedangkan mereka adalah saudara kandung. Keduanya hanya sama-sama mengungkapkan tentang kehidupan.’


TBC

Sabtu, 27 Mei 2017

ff WooGyu Falling In Love With My Idol Chapter 12



Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 12
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 12 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading! ~0~)
Sebelumnya dichapter 11
Karena aku yakin, Tuhan tidak kejam pada makhluknya. Suatu hari aku yakin, semuanya akan kembali pada tempatnya masing-masing.
Chapter 12
 “Appa, emmmm ... itu ...”
“Telpon saja,”
Sung Gyu langsung mengambil ponselnya yang ada di kantong jelana jinsnya. Segera ia menelpon orang yang dimaksud Tn. Nam. Yah ... siapa lagi kalau bukan Woo Hyun. Sebelum itu, Sung Gyu menjauhkan diri dari keluarganya. Biarlah Tn. Nam dan Ny. Kim sedikit menceritakan tentang masa tua mereka. Segala kronik kehidupan keluarganya dan masalah demi masalah yang terjadi di keluarganya.
‘Gyu!!!!!!’
Teriakan Woo Hyun di seberang sana membuat Sung Gyu sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya.
“Hentikan, Hyun. Kau membuat telingaku tidak berfungsi lagi,”
‘Kau benar-benar membuatku frustasi, asal kau tahu itu!’
“Ck! Dengar, ada yang ingin ku beritahukan padamu. Jangan bicara, cukup dengarkan aku,”
‘Baiklah ...’
“Pertama, 12 peraturan apartement tidak berlaku lagi. Kedua, maaf, kita tidak bisa seperti dulu lagi, Hyun. Maksudku, kita tidak bisa lagi tinggal satu atap seperti sebelumnya, aku tinggal di rumahku dan kau tinggal di apartementmu, kita hanya bisa bertemu di sekolah. Ketiga, aku sudah mengemas pakaianku tadi pagi dan sekarang aku sudah siap untuk kepindahanku ke rumahku sendiri. Keempat, aku ingin memberitahumu, semua hakku sudah kembali, untuk itu aku berterimakasih padamu. Hiks ... semua, Hyun. Semua yang telah hiks ... kau lakukan padaku ... pekerjaan, tempat tinggal, perhatian, dan sikap romantismu padaku. Jeongmal gomawo ... hiks ...”
‘.............’
Tak ada jawaban, Sung Gyu menunggu suara Woo Hyun sambil meredam tangisnya. Orang yang melihat Sung Gyu dari kejauhan hanya menatap iba padanya. Ketika imo Sung Gyu hendak menghampiri Sung Gyu untuk menenangkan Sung Gyu, Tn. Nam menahannya. Ia tahu, ketenangan sangat di butuhkan oleh Sung Gyu dan Woo Hyun saat ini.
“Hyun .. kau masih di sana?”
‘...... y-yah .. aku di sini. Kau tunanganku, benar? Aku senang dengan kembalinya hakmu itu, aku sedih kalau kau menangis. Sttt!! Berhenti menangis eoh!’
“Aku sudah berhenti menangis. Tunggu!”
‘Waeyo?’
Sung Gyu mengangkat lengannya, guna melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Kau bolos?”
‘Ten-tentu saja tidak! Ini jam istirahat ..’
“Baguslah kalau begitu. Ku harap kau membiasakan malammu tanpa diriku, Tuan Muda Nam. Kau harus mencuci sendiri, masak sendiri, bersih-bersih sendiri, pokoknya mulai hari ini kau harus bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri,”
‘Arasseo arasseo ...’
“Baiklah, ku tutup, pay pay ..”
Sebelum menunggu jawaban Woo Hyun di seberang sana, Sung Gyu langsung memutuskan secara sepihak sambungan telponnya dengan Woo Hyun. Isakannya benar-benar tak bisa ditahannya. Air matanya meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya. Walaupun hanya terpisah rumah, entah kenapa ini seperti sebuah perpisahan bagi Sung Gyu. Sung Gyu akui, perasaan cintanya pada Woo Hyun benar-benar membuncah hingga terasa sangat menyakitkan bahkan hanya terpisah jarak sejauh 5 kilo.
Other_Side
Ponsel sedari tadi tak lepas dari genggaman Woo Hyun. Ia masih menunggu Sung Gyu balik menghubunginya. Woo Hyun tahu, Sung Gyu sekarang ada di persidangan. Hari sebelumnya appanya sudah memberitahukannya lewat note kecil yang ada di dapur. Woo Hyun hampir melupakan hari penting ini. Woo Hyun yakin, appanya akan berhasil memenangkan persidangan itu.
Drrrttt!
Woo Hyun langsung mendudukkan dirinya ketika ponselnya begetar. Dengan cepat Woo Hyun menggeser tombol hijau pada touch screennya.
“Gyu!!!!!” Teriaknya.
‘Hentikan, Hyun. Kau membuat telingaku tidak berfungsi lagi,’
“Kau benar-benar membuatku frustasi, asal kau tahu itu!” Tutur Woo Hyun sambil menggeretakkan giginya. Tentu saja perasaan khawatir sempat menyelimuti perasaan Woo Hyun sebelum Woo Hyun ingat persidangan hari ini.
‘Ck! Dengar, ada yang ingin ku beritahukan padamu. Jangan bicara, cukup dengarkan aku,’ ucapan Sung Gyu membuat Woo Hyun sedikit heran.
“Baiklah ...”
‘Pertama, 12 peraturan apartement tidak berlaku lagi,’ benar, Sung Gyu benar-benar aneh. Kenapa tiba-tiba Woo Hyun berani memutuskan ini itu pada Woo Hyun?
‘Kedua, maaf, kita tidak bisa seperti dulu lagi, Hyun.’ Kali ini ucapan Sung Gyu benar-benar membuat mata Woo Hyun membulat. Apa maksud Sung Gyu? Bukankah mereka sudah bertunangan? Apa Sung Gyu sudah tidak mencintainya? Semua pertanyaan itu berkecamuk dalam hati Woo Hyun.
‘Maksudku, kita tidak bisa lagi tinggal satu atap seperti sebelumnya, aku tinggal di rumahku dan kau tinggal di apartementmu, kita hanya bisa bertemu di sekolah’ Woo Hyun langsung menjatuhkan tubuhnya kembali ke tempat tidurnya. Benar, Sung Gyu harus kembali ke rumahnya. Jelas 12 apartement dan hubungan mereka tidak bisa seperti dulu lagi. Jika yang dulu kehidupan Sung Gyu selalu diatur oleh 12 peraturan apartement, sekarang sudah tidak lagi karena Sung Gyu sudah tidak tinggal lagi di apartement. Jika yang dulu ada Woo Hyun yang selalu memerhatikan setiap gerak-geriknya, selalu menanyakan tentang aktivitasnya selama seharian, dan selalu bersamanya kemana pun pergi, sekarang sudah tidak ada lagi karena Sung Gyu sudah jauh dari Woo Hyun.
‘Ketiga, aku sudah mengemas pakaianku tadi pagi dan sekarang aku sudah siap untuk kepindahanku ke rumahku sendiri’ lelehan air mata sudah mengelir lewat sudut-sudut mata Woo Hyun.
‘Keempat, aku ingin memberitahumu, semua hakku sudah kembali, untuk itu aku berterimakasih padamu. Hiks ... semua, Hyun. Semua yang telah hiks ... kau lakukan padaku ... pekerjaan, tempat tinggal, perhatian, dan sikap romantismu padaku. Jeongmal gomawo ... hiks ...’
Sung Gyu-nya menangis, karena dirinya. Lelehan air mata Woo Hyun semakin deras mengalir. Woo Hyun lupa satu hal, walau pun Sung Gyu sudah bernotebane tunangannya, tapi sampai saat ini Woo Hyun belum memiliki hak untuk hidup Sung Gyu. Bahkan selama tinggal dengan Woo Hyun, Sung Gyu tak pernah menumpahkan setetes air mata pun, itu yang Woo Hyun ketahui. Woo Hyun pikir Woo Hyun sudah berhasil membuat janjinya menjadi kenyataan. Nyatanya ia membuat Sung Gyu menangis di hari terakhir tinggal di apatement ini.
‘aku akan melindungimu gyu, aku akan membuatmu melupakan masalahmu. Aku adalah orang yang akan melihat senyuman pertamamu, dan aku adalah orang yang akan membuatmu tersenyum’ begitu janji Woo Hyun pada dirinya sendiri. Nyatanya Woo Hyun gagal menjaga janjinya sendiri.
‘Hyun .. kau masih di sana?’ Tanya Sung Gyu ketika tidak mendengar sepeser suara pun.
“...... y-yah .. aku di sini. Kau tunanganku, benar? Aku senang dengan kembalinya hakmu itu, aku sedih kalau kau menangis. Sttt!! Berhenti menangis eoh!” ucap Woo Hyun sambil berusaha menetralkan suaranya agar tidak ketahuan Sung Gyu kalau ia baru saja menangis.
‘Aku sudah berhenti menangis,’ walaupun suara Woo Hyun sudah terdengar lebih baik, isaknya hilang, tapi tetap saja lelehan air mata itu tetap mengalir. ‘Tunggu!’
“Waeyo?”
“Kau bolos?”
Woo Hyun mengalihkan perhatiannya ke nakas, jam di sana menunjukkan angka 11:05. Woo Hyun menepuk jidatnya, kenapa ia bisa lupa?. “Ten-tentu saja tidak! Ini jam istirahat ..”
‘Baguslah kalau begitu. Ku harap kau membiasakan malammu tanpa diriku, Tuan Muda Nam. Kau harus mencuci sendiri, masak sendiri, bersih-bersih sendiri, pokoknya mulai hari ini kau harus bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri,’
Seolah memori Woo Hyun berputar pada waktu Sung Gyu pertamakali menapakkan kakinya di apartemennya. Dimana wajah kagum Sung Gyu tampakkan karena nuansa tenang apartementnya. Hari-hari yang mereka lewati berdua, belanja bersama, ketukan pintu di kamarnya setiap pagi, dan perdebatan yang kerap sekali terjadi karena hal-hal sepele. Apalagi mulut pedas Sung Gyu yang teramat pedas itu apabila bicara.
‘Arasseo arasseo ...’ Woo Hyun jawab dengan lesu.
‘Baiklah, ku tutup, pay pay ..’
Woo Hyun tak berniat menjawab ucapan Sung Gyu kali ini. Perasaan gelisah benar-benar menyelimuti hatinya. Perasaan tidak ikhlas memenuhi ruang dada Woo Hyun. Walaupun air matanya sudah di tumpahkan, nyatanya air mata itu tidak membuatnya tenang sama sekali. Woo Hyun tidak bisa tanpa Sung Gyu-nya di sampingnya. Harinya akan hancur tanpa adanya Sung Gyu. Bagaimana untuk hari esok? Siapa yang akan membangunkannya? Siapa yang akan membuatkannya sarapan? Siapa yang akan mencuci seragam sekolahnya besok? Dan siapa yang akan membersihkan apartemennya?
“Aghhhh!!!” Teriak Woo Hyun memenuhi apartement. Beruntung apartement miliknya kedap suara, jika tidak pasti Woo Hyun akan terkena semprotan kemarahan dari tetangganya.
Woo Hyun berharap teriakannya itu bisa mengurangi beban yang ada di pundaknya. Menangis bukan cara yang tepat untuk menyembuhkan perasaan resah dan tidak ikhlasnya di dalam dadanya. Woo Hyun harus melakukan sesuatu, berdiam diri dan terus meratapi nasip karena Sung Gyu tidak akan berguna. Ia harus pergi ke rumah Sung Gyu, hanya di sana ia bisa bertemu dengan Sung Gyu. Walaupun Sung Gyu tidak akan kembali lagi dan ikut Woo Hyun ke apartement, setidaknya Woo Hyun bisa melihat Sung Gyu yang sekarang tengah tersenyum karena hal lain, bukan karena dirinya.
Woo Hyun berlari ke kamar mandi dengan gesit, membasuh tubuhnya. Setelah itu, Woo Hyun mengganti piyama tidurnya yang menempel pada tubuhnya dengan sebuah kaos merah lengan pendek dan celana selutut warna hitam, lengkap dengan sepatu hitamnya. Woo Hyun langsung menyambar kundi mobil yang ada di atas nakas.
Other_Side
Tepat saat Sung Gyu melangkahkan kakinya yang ke-5, lagi-lagi ponselnya berbunyi. Sung Gyu mengerjitkan dahinya ketika nama Myung Soo tertera di ponselnya.
“Yeobseyo ...”
‘Gyu ...’
“Ada apa, Myung?”
‘Kenapa bolos? Tumben ...’
“Ahh .. itu, hari ini aku ada kepentingan mendadak. Myung, besok kita berempat ngumpul lagi seperti kemarin di rooftop, ada seseorang yang ingin ku perkenalkan ke kalian,”
‘Baiklah ... kalian mau bolos tidak ngajak-ngajak. Kalian menyebalkan,’
“Tunggu! Maksudmu kalian?”
‘Kau dan Woo Hyun. kenapa pertanyaanmu begitu, Gyu? Bukankah kau bolos bersama Woo Hyun? Jangan bilang kalian -....’
“Buang jauh-jauh otak mesummu itu, Myung. Kau membuatku geli,”
‘Kekekekekk ... baru pertamakali kita seperti sekarang, Gyu ...’
“Maksudmu?”
‘Dari dulu kita tidak pernah bicara berdua sepanjang ini,’
“Kau benar. Aku terlalu sungkan padamu karena kepribadian gandamu, asal kau tahu itu,”
‘Jadi kau menganggapku juga mempunyai dua kepribadian, begitu?’
“Yah .... begitulah. Aku lebih suka dengan sisi hangatmu,”
‘Tapi Sung Yeol-ku suka dua-duanya,’
Sung Gyu memutar bola matanya mendengar ucapan Myung Soo. “Itu karena cinta. Aku tidak mencintaimu, aku hanya menyayangimu sebagai namja chingu sahabatku sekaligus sahabatku. Sedangkan Sung Yeol suka semua yang ada dalam dirimu. Aku dan Sung Yeol tentu saja berbeda. Aku lebih mencintai pohon gresyku kekekekk ...”
‘Kekekekkk ... cepat kembali ke sekolah, Gyu. Sung Yeol benar-benar badmood tanpa sahabat sejatinya. Dan badmoodnya itu malah berdampak padaku. Ku harap besok kau masuk sekolah,”
“Tentu saja ...”
‘Baiklah, kalau begitu aku tutup, Sung Yeol sudah datang dari cantin,’
Tut! Tut! Tut!
Suara sambungan telepon seluluer terputus secara sepihak dari Myung Soo. Sung Gyu kembali meletakkan ponselnya dalam kantong celananya. Giginya digeretakkan, tangannya mengepal kuat, dan matanya memerah. Woo Hyun telah membohonginya! Woo Hyun juga bolos. Sung Gyu benar-benar marah pada tunangannya itu. Bisa-bisanya ia meninggalkan pelajaran tanpa alasan yang tak logis.
“Awas kau, Hyun! besok aku akan membuatmu nangis darah karena meminta maaf padaku!”
“Gyu ...”
Panggilan Tn. Nam membuat Sung Gyu tersadar dari lamunannya. Segera ia hampiri keluarganya, “Kita pulang sekarang,” ucap Tn. Nam. Sung Gyu menganggukkan kepalanya mendengar seruan Tn. Nam.
“Imo dan Sung Jong tinggal di sana, kan?”
Ny. Kim tampak berpikir, “Bagaimana denganmu, Sung Jong-ah?”
“Aku terserah eomma,”
“Baiklah kalau begitu,”
Sung Gyu tersenyum simpul, lalu matanya teralih pada sosok paruh bayah yang berdiri di samping Ny. Kim. Park Ahjumma yang mengerti maksud tatapan Sung Gyu pun hanya menganggukkan kepalanya. “Assa!”
“Aigoo! Kau senang eoh!?”
“Tentu saja, appa. Aku ingin mengangkut semua orang yang kusayangi tinggal di sana. Rumah itu sepeti tidak ada isinya sama sekali kalau hanya ada aku, Sung Jong, imo, dan ahjumma,”
Tn. Nam yang sedari tadi berdiri di samping Sung Gyu hanya mengelus lembut surai caramel Sung Gyu. “Appa ...”
“E-eoh!?”
“Ada apa? Appa sedih?”
“Aniya, appa hanya merindukan anak tertua appa,”
“Boo Hyun h-hyung?”
“Kekekekk ... benar, dia. Sebenarnya appa berencana 2 hari lagi untuk berangkat ke Jepang, tapi appa kasihan pada Woo Hyun. Appa baru sampai di Korea 2 hari yang lalu. Kita baru berkumpul di satu negara setelah 1 bulan terpisah. Lagi, kalau ke Jepang, kami tidak bisa pulang dengan cepat. Woo Hyun harus ikut dengan kami,”
Sung Gyu terus menundukkan kepalanya selama Tn. Nam menuturkan tentang keluarganya, berpikir untuk mecari jalan yang bisa mereka lalui tanpa ada yang merasa tidak nyaman, “Bagaimana kalau Woo Hyun tinggal di rumahku untuk sementara, appa?”
“Tidak! Anak itu benar-benar lupa aturan kalau itu berurusan denganmu,”
Ucapan Tn. Nam membuat semua yang berkumpul di sana meledakkan tawanya, “Tunggu! Siapa sebenarnya Woo Hyun?”
“Besok kau juga akan tahu, Sung Jong-ah. Sekarang kita pulang saja,” Seruan Sung Gyu di jawab anggukan oleh seluruh anggota keluarga barunya.
Sung Gyu mengikuti Tn. Nam keparkiran untuk mengambil mobilnya, sedangkan 2 anggota keluarganya lagi mengikuti Sung Jong karena Sung Jong yang memegang kunci mobil Ny. Kim.
=====*=====
Sesampainya Woo Hyun di kediaman keluarga Kim, Woo Hyun langsung meminta satpam untuk membukakan gerbang padanya. Kamar Sung Gyu menjadi sasarannnya untuk merebahkan tubuhnya. Kediaman keluarga Kim begitu sepi, tanpa seorang pelayan pun. Woo Hyun tahu, pasti biasanya di sini ramai karena terlalu banyak pelayan. Mengingat Ny. Choi sudah mendekam di penjara, jadilah para pelayan ingin keluar dari penyiksaan duniawi ini.
Woo Hyun terus mencari kamar Sung Gyu. Lantai satu sudah selesai ia geledah. Tapi tak ada satu pun kamar yang identik dengan tunangannya itu. Mata Woo Hyun terpokus ke sebuah kamar bercat putih yang ada di ujung lorong sebelah kiri. Kakinya melangkah melewati kamar demi kamar menuju kamar yang berpintu putih itu.
Ceklek!
Benar. Sepertinya ini kamar Sung Gyu. Jika dilihat dari setiap sudut kamar ini, benar-benar idntik dengan diri Sung Gyu. Sebuah lemari warna putih, pintu bercat putih, selimut serta bed king sizenya yang berwarna putih, lantai putih, gorden, dan semua barang yang ada di atas lemari yang biasa Sung Gyu jadikan tempat untuk meletakkan berbagai perlengkapannya, semuanya warna putih. Woo Hyun hanya menyunggingkan senyum tipis di bibirnya merasa nuansa baru ini. Berbeda sekali dengan kamarnya yang penuh dengan warna merah. Tidak ada debu atau sarang laba-laba di sini, walaupun sudah Sung Gyu tinggal bertahun-tahun. Mungkin para pelayan iu juga membersihkan kamar ini, tanpa membuang satu benda pu.
Woo Hyun rebahkan tubuhnya di bed king size Sung Gyu. Hilang sudah kegelisahannya ketika kepalanya menyentuh di bantal yang sama dengan Sung Gyu. Haruskah Woo Hyun mencuri salah satu barang Sung Gyu sebagai koleksinya? Tentu saja foto dari Sung Gyu tidak cukup sebagai koleksinya tentang diri Sung Gyu. Woo Hyun ambil sebuah poster musik yang tertempel di dinding kamar Sung Gyu. Woo Hyun berdecak ketika melihat poster yang berisikan 7 laki-laki tampan itu. 7 laki-laki idola Sung Gyu yang sering di sebut Infinite itu sedikit membuat Woo Hyun cemburu. Yah ... bahkan kadang Sung Gyu memilih mendengarkan musik Infinite daripada mendengarkannya bernyanyi. Apa yang kurang dari Woo Hyun? Ia juga tampan dan ia juga memiliki suara yang bagus. Salahkan lirik lagu yang sering Woo Hyun nyanyikan hanya berisi gombalan, itu pun waktu Sung Gyu masih menjadi pelayan Woo Hyun.
Woo Hyun langsung melipat poster itu dan menyembunyikannya di bawah tepat tidur Sung Gyu. Tak lama kemudian, Woo Hyun mendengar suara klakson mobil. Langkahnya membawa ke dekat jendela, ia buka sedikit gorden untuk melihat siapa yang datang. Yang dia lihat adalah mobil appanya dan satu mobil lagi di belakang mobil appanya. Woo Hyun tutup lagi gorden itu. Tubuhnya kembali duduk di tempat tidur Sung Gyu. Penglihatannya menelusuri setiap sudut dalam kamar ini. Matanya tertuju pada sebuah laci nakas yang berada di samping tempat tidur Sung Gyu.
Woo Hyun menarik laci itu. Yang di temukannya sebuah buku dairy bersampulkan putih lengkap dengan bolpennya. Tanpa membaca terlebih dahulu, segera Woo Hyun lempar buku dairy itu ke bawah tempat tidur Sung Gyu. Woo Hyun membulatkan matanya ketika mendengar sebuah derap kaki mendekati kamar Sung Gyu. Posisinya saat ini sedang terancam.
Woo Hyun berdiri kembali dan langsung melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia yakin, derap langkah kaki itu milik Sung Gyu. Ketika Woo Hyun membuka pintu, saat itulah Sung Gyu sudah berdiri tepat di hadapannya, lengkap dengan wajah terkejutnya.
Belum lepas keterkejutan Sung Gyu yang melihat Woo Hyun tiba-tiba ada di kamarnya, keterkejutannya bertambah ketika benda kenyal dan basah itu tiba-tiba menempel begitu saja di bibir merahnya. Namun keterkejutannya karena keberadaan dan tindakan tiba-tiba Woo Hyun terbayarkan ketika tangan kanan Woo Hyun sudah memeluk pinggangnya dan tangan kirinya memegang dagunya. Sung Gyu pun hanya bisa mengikuti permainan Woo Hyun. Perlahan tangan Sung Gyu mengalung di leher Woo Hyun. Woo Hyun yang tahu bahwa Sung Gyu sudah menikmati ciumannya, ia pun membawa Sung Gyu ke kamarnya tanpa melepas tautan bibirnya dengan Sung Gyu. Ia rebahkan tubuh Sung Gyu di tempat tidur. Woo Hyun menindih tubuh Sung Gyu, sementara bibirnya dan bibir Sung Gyu terus bertautan. Tak henti-hentinya Sung Gyu mengeluarkan desahan yang begitu keras karena permainan Woo Hyun. Jangan salahkan Woo Hyun yang semakin bersemangat, salahkan Sung Gyu yang terus mengeluarkan suara-suara aneh itu.
“H-Hyun ...” seru Sung Gyu ketika Woo Hyun melepas sebentar bibirnya.
Woo Hyun pun melepas bibir Sung Gyu, namun wajah keduanya hanya berjarak 3 cm. “Kau melakukan banyak kesalahan padaku, Gyu.”
Sesaat setelah Woo Hyun berucap demikian, kembali Woo Hyun menjejal mulut Sung Gyu dengan ciuman memabukkannya. Lagi-lagi Sung Gyu hanya bisa mengikuti permainan Woo Hyun. Woo Hyun semakin menambah sensasi aneh pada Sung Gyu dengan tangannya yang tak pernah mau diam itu. Sungguh! Kalau Woo Hyun tidak melepaskannya, Sung Gyu benar-benar bisa meledak sekarang.
“Hyun!!” Teriak Sung Gyu. Teriakannya berhasil membuat Woo Hyun melepaskannya.
Kali ini Sung Gyu baru bisa bernapas dengan lega. Woo Hyun mendirikan tubuhnya, sementara Sung Gyu masih terkapar dengan napas yang memburu, “Jangan lagi ... biar aku hhh ... yang menyelesaikan ini sendiri. Kau turunlah hhhh ... kebawah, temani appa dan yang lain ... hhh bilang pada mereka kalau hhh... aku masih hhh ... Ahhh!!”
Belum sempat Sung Gyu menyelesaikan ucapannya, ia sudah masuk ke kamar mandi, “Boleh aku bantu, Gyu?”
Pertanyaan Woo Hyun hanya di jawab dengan sebuah desahan dari Sung Gyu. Jujur, sebenarnya Woo Hyun benar-benar tidak bisa menahan obsesinya pada diri Sung Gyu. Woo Hyun sudah nekad melakukan hal lebih dari sebuah ciuman hot pada Sung Gyu. Mudah-mudahan kamar Sung Gyu ini juga kedap suara seperti apartementnya. Kalau tidak, appanya yang dibawah pasti sudah memarahinya.
“Baru juga di sentuh, akibatnya sudah seperti itu. Padahal itu baru pemanasan dari permainanku, ck!” monolog Woo Hyun.
Setelah itu Woo Hyun keluar kamar Sung Gyu dengan senyum yang terus mengembang. Ia berhasil mendengar desahan Sung Gyu sekali lagi. Ia juga berhasil membuat Sung Gyu *sensor* dengan tangannya, walaupun tidak ditangannya, tetapi suatu saat nanti, Woo Hyun yakin bisa berbuat lebih dari ini, sebelum menikah.
Di kamar mandi ...
“Dasar pohon!” Umpat Sung Gyu di kamar mandi. “Hhhh ... ini benar-benar menyiksa .. ssshhhh ... aku harus ganti celana, tapi koperku sshhh ... ada di bawah ...” rutuknya. Kali ini Sung Gyu benar-benar gagal menceramahi Woo Hyun karena sifat kelewat romantis yang Woo Hyun miliki. Apapun itu, Sung Gyu harus menceramahi Woo Hyun karena kebolosannya ke sekolah.
=====*=====
“Hyun? Kau di sini?”
Tanya Tn. Nam. Woo Hyun mendudukkan dirinya di samping Tn. Nam. “Yah ... seperti yang appa lihat,” Woo Hyun mengerjitkan dahinya ketika melihat seorang namja cantik di depannya yang sedang berbincang dengan Ny. Kim. “Appa ... dia siapa?”
“Dia Sung Jong, saudara Sung Gyu.”
Mendengar namanya, Sung Jong langsung menolehkan kepalanya. Walaupun sangat pelan bahkan hampir tidak ada satu pun orang yang mendengar ucapan Sung Jong, tapi Sung Jong benar-benar mengucapkan kata ‘Wow!’ ketika matanya bertemu dengan Woo Hyun.
Woo Hyun mengulurkan tangannya, “Nam Woo Hyun.”

Sung Jong menelan air ludahnya ketika menatap tangan Woo Hyun yang sudah siap untuk berjabat tangan dengannya, “Tunangan Sung Gyu.” Senyum Sung Jong terhenti ketika Woo Hyun melanjutkan ucapannya. 

TBC