Tittle : Falling
In Love With My Idol Chapter 13
Author: Kim Hye
Jin_MRS
Main cast :
WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast :
Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre :
Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk
semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length
: Chapter 13 of...?
WARNING :
pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo
bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi
Author yang baik
NOTE : FF ini
benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada
kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy
Reading! ~0~)
Sebelumnya
dichapter 12
Sung Jong
menelan air ludahnya ketika menatap tangan Woo Hyun yang sudah siap untuk
berjabat tangan dengannya, “Tunangan Sung Gyu.” Senyum Sung Jong terhenti
ketika Woo Hyun melanjutkan ucapannya.
Chapter 13
“Kim Sung Jong, adik iparmu ...”
ucapnya pasrah.
Setelah itu keduanya sama-sama
melepas jabatan itu. Woo Hyun kembali menolehkan kepalanya pada appanya. Ia
mendekatkan kepalanya ke telinga Tn. Nam, berniat untuk berbisik, ‘Aku akan
meghamili Sung Gyu duluan, sebelum menikah ...’
Mata Tn. Nam membulat setelah
mendengar bisikan Woo Hyun. Ketika Tn. Nam hendak menyemprot Woo Hyun dengan
kemarahannya, suara Sung Gyu sudah menyaung-nyaung dari lantai dua. Itu semakin
membuat appanya membulatkan matanya. Pertanyaan semacam ‘Bagaimana ini? Apa
yang akan mereka lakukan?’ ada di dalam benaknya.
“Appa ... Sung Gyu memanggilku,”
ucap Woo Hyun sambil memamerkan smik evilnya pada appanya.
Woo Hyun berjalan menuju lantai dua
melewati tangga sambil membawa koper yang berisi baju-baju Sung Gyu. Selama
kakinya terus melangkah, tak henti-hentinya bibir Woo Hyun terus terangkat
karena sudah berhasil mengerjai sang appa. Ny. Kim tampak memandang heran pada
Tn. Nam. Oppanya itu seperti menahan amarah yang sangat setelah Woo Hyun membisikkan
sesuatu.
“Hyun!”
Panggilan appanya membuat Woo Hyun
menghentikan langkahnya, “Besok appa berangkat ke Jepang. Untuk sementara kau
bisa tinggal di sini bersama Sung Gyu, Sung Jong, Ny. Kim dan Park Ahjumma.”
“Jinjja? Baiklah, kalau begitu aku
titip Hyung. Bawa dia pulang ke Korea, bahkan aku hampir lupa ke wajahnya,”
Sung Gyu tersenyum melihat kedekatan
orang tua dan anaknya itu, tapi tidak ketika Tn. Nam mengucapkan, “Sebelum itu,
penuhi keinginan appa ...”
Sung Gyu dan yang lainnya
mengerjitkan dahinya mendengar ucapan Tn. Nam. Woo Hyun tampak kesal mendengar
ucapan Tn. Nam. Ia meremas kasar rambut hitamnya, “Appa ... jebalyo ... 2 tahun
aku menahannya,”
“Bwo!? 2 tahun? Di usiamu yang 17
tahun?”
“Kalian sedang latihan drama?”
Ucapan Sung Gyu dibalas dengan tatapan tajam dari Tn. Nam dan Woo Hyun. Sung
Gyu langsung menolehkan kepalanya menghindari tatapan mematikan Woo Hyun dan
appanya.
“Ayolah appa .. aku sudah 18 tahun,
sebentar lagi aku 19 tahun,”
“Terserah! Gyu! Appa pulang!”
Tn. Nam langsung menyambar kuncil
mobil dan jasnya yang ia letakkan di kursi di depan Sung Jong. Sementara Sung
Gyu, Woo Hyun, dan Tn. Nam berdebat, Sung Jong, Ny. Kim, dan Park Ahjumma hanya
menonton. Tentu saja mereka tidak tahu menahu tentang keluarga Woo Hyun.
Setelah
memastikan bahwa appanya sudah pulang, Woo Hyun melanjutkan langkahnya menuju
kamar Sung Gyu. Sesampainya di sana, Woo Hyun dihidangkan dengan pemandangan
yang luar biasa. Bagaimana tidak? Sung Gyu yang hanya memakai tanktop dan
handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Woo Hyun langsung mengunci pintu
kamar Sung Gyu.
“Gyu, kau
benar-benar membuatku gila,” seru Woo Hyun dengan suara beratnya.
Sung Gyu
melangkah menuju tempat Woo Hyun yang sekarang tengah menyandarkan tubuhnya di
pintu. Sung Gyu mendekatkan wajahnya hingga jarak antara wajahnya dan wajah Woo
Hyun hanya berkisar 2 cm, berniat menggoda Woo Hyun. Tanpa Woo Hyun sadari,
koper yang dibawanya tadi sudah berada di tangan Sung Gyu. Rupanya Sung Gyu
hanya berniat mengambil koper yang ada di tangan Woo Hyun. sung Gyu tahu Woo
Hyun tidak akan memberikan kopernya dengan gratis, pasti akan ada pajak yang
harus ia bayar. Ditambah keadaannya sekarang yang hanya tertutup tanktop tipis
dan handuk putih. Kulitnya yang mulus benar-benar terekspos di depan Woo Hyun.
Apalagi leher Sung Gyu yang begitu menggiurkan untuk dicicipi.
“Tadi kau
benar-benar kelewatan menyentuhku, Hyun.” ucapan yang lebih mirip dengan
desahan itu berhasil membuat Woo Hyun memejamkan matanya.
Kehadiran
Sung Gyu benar-benar berpengaruh bagi dirinya. Hanya sebuah hembusan napas yang
Sung Gyu berikan di telinga Woo Hyun, tapi berhasil membuat Woo Hyun memejamkan
mata hingga tidak sadar bahwa koper itu sudah berada di tangan Sung Gyu.
“................”
Lama
Woo Hyun memejamkan matanya hingga tak sadar bahwa Sung Gyu sudah ada di dalam
kamar mandi. Ketika matanya kembali terbuka, Woo Hyun hanya mendengar gemercik
air yang bersumber dari kamar mandi Sung Gyu. Benar, Sung Gyu harus mandi. Tadi
pasti Sung Gyu mengeluarkan banyak keringat untuk menuntaskan aktivitasnya yang
tertunda karena malu pada Woo Hyun.
Woo
Hyun hanya menidurkan tubuhnya di tempat tidur Sung Gyu. Ia teringat dengan
barang Sung Gyu yang akan ia curi. Woo Hyun kembali mendirikan badannya. Ia
ambil barang-barang itu, kemudian menyembunyikannya di dalam baju.
“Gyu!”
Panggil Woo Hyun dari luar kamar mandi.
“.......”
“Aku
pulang! Aku harus menyiapkan bajuku!”
Teriakan
Woo Hyun tak ada jawaban. Tanpa pikir panjang pun Woo Hyun keluar dari kamar
Sung Gyu. Ketika di tangga, ia melihat Ny. Kim sedang berbincang dengan Sung
Jong dan Park Ahjumma.
“Imo
... aku pulang dulu setelah itu aku kembali lagi ke sini,”
“Kau
mau kemana?”
“Aku
mau ke apartement, mengepak bajuku yang akan kugunakan selama tinggal di sini,”
“Hyung
juga tinggal di sini?” Tanya Sung Jong.
“Eum,
untuk sementara selama appa dan eomma tidak bisa merawat Sung Gyu, mereka menugaskanku
menjaga Sung Gyu.”
“Cepatlah,
Hyun.”
“Arasseo.
Imo, jangan biarkan Sung Gyu sendirian di rumah ini, rumah ini mempunyai
kenangan buruk dengannya,”
“Tenang
saja, Hyun. Park Ahjumma akan selalu ada di sini,”
Woo
Hyun hanya menganggukkan kepalanya sambil menarik ujung bibirnya, “Ahjumma,
minta bantuannya. Kalau begitu aku pulang dulu,”
Woo
Hyun menutup pintu utama rumah Sung Gyu. Semuanya menjadi hening ketika Woo
Hyun keluar dari rumah.
“Eomma,
apakah Woo Hyun Hyung sangat mencintai Sung Gyu Hyung?” Tanya Sung Jong.
“Tentu
saja. Eomma mengenalnya sejak dia masih kanak-kanak, karena dia anak dari
sahabat saudara eomma, Tn. Eric Nam. Dulu dia begitu kecil dan mungil. Entah
bagaimana ia tumbuh kenapa bisa seperti sekarang. Dia terlihat gagah dan berwawasan
luas. Tubuhnya yang tegap selalu siaga apabila bahaya mendekati Sung Gyu.
Bahkan selama eomma bersamamu di Itali, kata sopir pribadi eomma yang diam-diam
menjaga Sung Gyu, Woo Hyun menawarkan pekerjaan di apartementnya sebagai
seorang pelayan. Mungkin karena itu, perlahan cinta di hati keduanya tumbuh
menjadi perasaan yang meluap-luap. Eomma tidak tahu siapa yang memberitahu
mereka berdua kalau sebenarnya mereka sudah dijodohkan,” Sung Jong hanya
menganggukkan kepalanya mendengar penuturan eommanya. Dengan ini Sung Jong bisa
memantapkan hatinya untuk hanya menganggap Woo Hyun sebagai hyungnya, tidak
lebih.
=====*=====
Sekitar
jam 04:05 sore, Woo Hyun kembali ke apartementnya. Woo Hyun sedikit tercengang
melihat satu pasang sepatu kantor berada di rak sepatunya. Woo Hyun tidak
mempunyai sepatu seperti itu, tidak mungkin milik appanya. Sepatu milik appanya
tidak kecil seperti itu.
Drrrttt
Drrrttt
Getaran
ponselnya menyadarkan Woo Hyun dari lamunannya.
‘Hyun,
Boo Hyun ada di apatementmu,’
Ucapan
appanya membuat Woo Hyun lega. Woo Hyun mengusap dadanya merasa tenang. Ia
hanya takut terjadi perampokan di apartementnya ini, dan mengambil harta
berharganya (kardus berisi foto Sung Gyu).
“Ngapain
Hyung di sini? Apa dia sudah pindah kewarganegaraan? Hyung akan menetap di
sini?”
‘Tidak
tidak, dia tetap berkewarganegaraan Jepang. Dia di sini hanya membantu appa
menghandel urusan Kim Corp.’
“Lalu
appa?”
‘Sebagai
gantinya, appa yang akan menggantikan hyungmu di Jepang.’
“Lama?”
‘Hmmm
... tentu saja. Eomma juga ikut dengan appa,’
Woo
Hyun menghembuskan napasnya kasar. Di saat seperti inilah, rasa kesepian
menghampirinya. Hari-hari sebelumnya, biasanya Sung Gyu yang mengisi
hari-harinya. Sebelum Sung Gyu, biasanya Myug Soo yang selalu main ke
apartementnya. Tapi sekarang semua sudah tidak bisa lagi. Sung Gyu sudah
bersama keluarga barunya, sedangkan Myung Soo lebih sibuk dengan kekasihnya.
“Kapan
appa kembali?”
‘Satu
atau dua tahun lagi,’
Woo
Hyun menelan ludahnya. Itu bukan waktu yang sedikit. Terdapat 720 hari dalam 2
tahun itu. Woo Hyun harus melewatinya tanpa seorang appa dan eomma.
‘Tenanglah,
Hyun. Hyungmu akan tinggal di apartementmu,’ lanjut Tn.
Nam.
“Ck!
Walaupun sebenarnya aku keberatan, kapan aku bisa membatalkan rencana appa.
Sudahlah, aku tutup,”
Setelah
berucap demikian, Woo Hyun langsung menutup sambungan teleponnya dengan
appanya. Telinga Woo Hyun mendengar derap kaki mendekatinya. Sekarang sudah
tidak lagi rasa takut yang ia rasakan, melainkan rasa rindu pada sang hyung
yang teramat dalam.
“Woo
Hyun-ah, cepatlah masuk,” begitu yang Boo Hyun ucapkan sebelum kembali lagi ke
sofa di ruang tengah.
Mulut
Woo Hyun membulat ketika melihat hyungnya. Seperti melihat Woo Hyun kedua.
Itulah yang dipikirkannya. Wajah Hyungnya benar-benar mirip dengan wajahnya.
Woo
Hyun pun melenggang masuk dan mendudukkan tubuhnya di samping hyungnya yang
tengah menonton tv. Rupanya kebiasaanya dengan hyungnya pun sama. Menonton
drama jika tak ada kerjaan.
“Kau
tidak merindukan ku?” Ucapan Boo Hyun hanya di balas sebuah cengiran oleh Woo
Hyun.
“H-hyung
.. kau tahulah, kita sudah belasan tahun berpisah, dan selama ini aku tidak
tahu sama sekali tentang dirimu. Bahkan aku hampir lupa kalau aku punya
saudara,”
“Jadi
kau sungkan padaku?”
Woo
Hyun menundukkan kepalanya menghindari tatapan Boo Hyun. “Ahhh ... dasar anak
muda jaman sekarang. Bersikaplah seperti biasanya padaku, Hyun.”
“Baiklah.
Malam ini Hyung akan menginap di sini?”
“Tidak
hanya malam ini, tapi malam-malam seterusnya hyung akan tidur dan makan di
sini. Dalam artian, hyung akan tinggal di sini bersamamu selama hyung membantu
perusahaan sahabat appa,”
Boo
Hyun hendak melangkahkan kakinya ke dapur untuk menyiapkan makan malam, “Tapi
hyung ...” seruan Woo Hyun menghentikan langkahnya.
“Kenapa
lagi?”
“Tidak,
tidak jadi.” Boo Hyun melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Woo
Hyun mengambil ponselnya yang ada di kantong celana seperempatnya. Ia mendial angka
satu dengan tujuan Sung Gyu.
‘Yeobseyo
...’
“Gyu,
apa imo sedang bersamamu?”
‘Eum,
waeyo?’
Woo
Hyun menghela napasnya lega setelah mendengar ucapan Sung Gyu. “Maaf, aku tidak
bisa tinggal di apartementmu. Kau bisa tidur dengan Sung Jong, kan?”
‘...........
waeyo?’
“Hyungku
baru datang dari Jepang dan dia akan tinggal bersamaku di sini. Maafkan aku,
Gyu.”
‘Gwenchanayo,
habiskan dulu harimu bersama hyungmu. Kapan-kapan mainlah ke sini bersama Boo
Hyun Hyung.’
“Tentu
saja. Kata appa, untuk sementara hyungku yang akan membantu perusahaanmu,”
‘Jinjja?
Kalau begitu sampaikan salamku pada hyungmu,’
“Akan
ku sampaikan. Aku tutup dulu,”
‘Eum
...’
Tutt!
“Cepatlah
kemari, makanannya sudah siap!” Panggil Boo Hyun dari dapur.
“Nae,
ghayo ..”
Woo
Hyun menutup ponselnya lalu melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia dudukkan
dirinya di depan Boo Hyun. Spageti dan jus jeruk menjadi hidangan makanan
malamnya.
“Kalau
Sung Gyu yang masak, tak pernah ia memasakkan makanan seperti ini,”
“Hmmmm
...”
Boo
Hyun menghentikan tangannya yang sedang memotong spageti ketika mendengar
gumaman Woo Hyun, melihat Woo Hyun yang masih memandang spageti buatannya.
“Ada
apa, Hyun?”
“Aniya,
hanya ingat Sung Gyu.”
“Tunanganmu,
benar?”
Woo
Hyun mulai memotong spageti dan menyuapkan pada mulutnya, “Eum. Orang yang
selama satu bulan ini merawatku,”
“Kapan-kapan
kenalkan hyung dengannya,”
“Arasseo
...”
Selanjutnya
dua saudara itu pun melanjutkan makan malamnya dalam keadaan hening, tanpa
suara sepeser pun, hanya suara dentingan pisau dan garpu yang terdengar.
Setelah
mereka selesai makan, Woo Hyun memutuskan membasuh badannya mengingat hari sudah
malam, sedangkan Boo Hyun kembali ke ruang tamu menonton tv sambil menunggu Woo
Hyun selesai dengan acara mandinya. Ketika Woo Hyun keluar dari kamar, Woo Hyun
sudah lengkap dengan pakaian rapinya. Celana levis hitam, kaos biru dan sepatu
putih menjadi pilihannya. Boo Hyun mengangkat alisnya ketika melihat Woo Hyun
sudah rapi dengan kunci mobil yang berada di tangannya.
“Aku
pergi dulu, hyung mandilah. Ingat, hyung satu kamar denganku,”
“Tapi
Hyun, di sini ada dua kamar, kenapa hyung tidak boleh tidur di sana?”
“Tidak,
hyung tidak boleh tidur di sana. Hyung tidak boleh menghapus jejak Sung Gyu
dari sana,”
“Ck!
Kau benar-benar mencintai tunanganmu itu, eoh?!”
“Sangat,
hingga aku lebih mencintai dirinya daripada diriku. Sudahlah, aku pergi dulu,”
“Kau
mau kemana?”
“Kafe
Paradise, malam ini Sung Gyu bekerja di sana,”
Setelah
itu Woo Hyun keluar dari apartementnya, meninggalkan hyungnya yang tengah
menggelengkan kepalanya melihat kelakuan namdongsaengnya yang telah mulai
beranjak dewasa. Tahap kedua di usia remaja berada di usia 18 tahun, persis
seperti yang Woo Hyun alami saat ini. Perasaan cinta pada pasangannya dengan
perasaan yang menggebu-gebu.
Boo
hyun pun mematikan tv dan melangkahkan kakinya menuju kamar Woo Hyun. Ketika
pertamakali masuk, nuansa merah langsung menyapanya. Ia hafal betul warna
kesukaan dongsaengnya itu. Boo Hyun mendudukkan dirinya sebentar di bed king
size Woo Hyun. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, menelusuri
setiap sudut ruangan ini. Tanpa sengaja, tangannya menjatuhkan kunci mobil yang
sedari tadi ia letakkan di tempat tidur. Saat Boo Hyun ingin mengambil kunci
mobilnya, tanpa sengaja kakinya menyandung kunci mobilnya, membuat kunci
mobilnya sukses masuk ke dalam kolom tempat tidur Woo Hyun. Boo Hyun berdecak
kesal dengan kakinya sendiri. Terpaksa ia harus menjongkokkan badan besarnya
untuk mencari kunci mobilnya.
Boo
Hyun memicingkan matanya ketika tangannya menyentuh suatu benda keras nan besar
di bawah tempat tidur. Ia segera mengeluarkan benda itu, kunci mobil pun
terlupakan. Boo Hyun sedikit mengeluarkan tenaganya untuk mengeluarkan
benda-benda itu yang telah ia ketahui sebuah kardus. 7 kardus sukses ia
keluarkan semua. Ia mengelap keringat yang membanjiri pelipisnya. Sejauh ini ia
belum tahu dengan pasti isi di dalam kardus-kardus itu. Boo Hyun mulai membuka
kardus yang pertama ia keluarkan. Kardus pertama ini tidak berdebu, seperti
baru di buka oleh pemiliknya.
Mata
Boo Hyun membulat ketika membuka kardus pertama. Tidak puas melihat kardus
pertama, ia melanjutkan ke kardus ke 2, dan isinya pun sama. Kardus ke 3, 4 dan
kardus-kardus yang lainnya pun sama. Semua kardus ini berisi foto Sung Gyu yang
diambil dari setiap sudut. Boo Hyun hanya berdecak mengingat tingkah
dongsaengnya yang terlalu kekanak-kanakan ini. Sebaiknya ia mengajarkan Woo
Hyun cara mendapatkan cintanya dengan cara dewasa. Tentu saja perannya sudah
terlambat, toh sekarang Woo Hyun sudah mendapatkan Sung Gyu walaupun dengan
cara kekanak-kanakan.
Perhatian
Boo Hyun tertuju pada sebuah buku mirip buku dairy. ‘Sepertinya dairy ini
juga milik Sung Gyu.’ Pikir Boo Hyun. Namun Boo Hyun tak berniat untuk
membuka buku dairy itu, ia hanya kembali merapikan kardus-kardus itu dan
meletakkan kembali di bawah tempat tidur Boo Hyun setelah mengambil kunci
mobilnya. Boo Hyun pun membasuh tubuhnya. Setelah mandi ia hanya merapikan
pakaiannya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian baru. Yang ia lakukan selama
Woo Hyun pergi hanya membuat teh hijau dan menikmatinya di balkon apartement
ditemani lampu-lampu Kota Seoul.
=====*=====
Ketika
Woo Hyun sampai di Kafe Paradise, ia tidak menemukan bayangan Sung Gyu di sana.
Dong Woo langsung menghampiri tamu yang sudah menjadi pelanggannya yang hampir
setiap malam itu datang.
“Es
susu coklat oreo?” Tanya Dong Woo yang sedang menggantikan tugas Sung Gyu
sebagai writer.
Woo
Hyun membalas pertanyaan Dong Woo dengan senyum simpul. “Seperti biasa, hyung.
Kau sudah tahu kedatanganku ke sini, selain ingin bertemu dengan Sung Gyu, es
susu coklat oreo menungguku,”
“Jadi
persidangan itu dimenangkan Sung Gyu?” Woo Hyun menganggukkan kepalanya, “Dan
dia sudah kembali ke rumahnya?” Lagi-lagi Woo Hyun hanya membalas pertanyaan
Dong Woo dengan sebuah anggukan.
“Tunanganku,
Sung Gyu adalah tunanganku. Kuberitahukan itu pada hyung,”
Antara
percaya dan tidak percaya dengan ucapan Woo Hyun. Dong Woo menggelengkan
kepalanya. Tapi otaknya kembali berpikir. Itu bukan hal yang mustahil bagi
mereka berdua mengingat Woo Hyun adalah putra dari Nam Corp dan Sung Gyu
sendiri pewaris tunggal Kim Corp. Dua perusahaan besar di negaranya yang sejak
dulu memang memegang peran penting dalam dunia perbisnisan. Pertanyaan yang
menghampiri otak kecil Dong Woo adalah, apakah Sung Gyu masih akan bekerja
di Kafe Paradise setelah semua haknya kembali?
“Sudah
ku duga. Kalain pasti sudah mempunyai garis takdir yang sama,” ucapan Dong Woo
hanya di balas senyum simpul oleh Woo Hyun.
Ketika
Dong Woo kembali ke dapur untuk memberikan catatan, pintu Kafe Paradise terbuka
menampilkan orang yang sedari tadi Woo Hyun tunggu kedatangannya. Lengakap
dengan mata berbinar dan senyum manisnya, Sung Gyu langsung menuju ruang ganti
tanpa menyadari keberadaan Woo Hyun. Sesaat setelah bayangan Sung Gyu
menghilang dari pandangan Woo Hyun, seorang namja yang sekarang menjabat
sebagai adik iparnya tiba-tiba duduk di hadapan Woo Hyun dengan nyaman, yah ...
Kim Sung Jong.
“Kau
yang mengantarkan Sung Gyu?”
“Tentu
saja, tidak mungkin eomma. Di rumah hanya ada ahjumma dan eomma,”
Woo
Hyun menghela napasnya, “Ku harap kau bisa menemani Sung Gyu, Jong-ah.”
“Ck!
Berhentilah menampakkan wajah bodohmu itu, hyung. Kau tenang saja, Sung Gyu
Hyung aman denganku,”
“Jauhkan Sung
Gyu dari mimpi buruknya, keramain, anjing dan kegelapan. Jika kau melihat Sung
Gyu mengeluarkan banyak keringat ketika tidur, cepat bangunkan dia. Jangan bawa
Sung Gyu ke taman bermain atau tempat-tempat ramai lainnya. Jangan pergi ke
kebun binatang, dan jangan biarkan lampu kamarnya mati, walaupun Sung Gyu sudah
tidur, biarkan lampu tidurnya tetap hidup. Kau harus tidur dengan Sung Gyu,
Jongie. Hyung mohon padamu,”
Sung Jong
memutar bola matanya mendengar nada rengekan dari Woo Hyun. “Tanpa hyung
memohon pun akan ku lakukan,”
Secara tidak
sengaja Woo Hyun seolah memberitahukan pada Sung Jong bahwa ia mengetahui semua
tentang Sung Gyu. Sung Jong kali ini benar-benar yakin dengan cinta hyungnya.
Sung Gyu dan Woo Hyun memang ditakdirkan untuk bersama dengan alasan garis
takdir yang sama.
Setelah
sepersekian menit mereka berbincang-bincang, Sung Gyu datang dengan membawakan
pesanan Woo Hyun pada meja no. 12, tempat duduk Woo Hyun dan Sung Jong. Awalnya
Sung Gyu terkejut dengan penuturan Dong Woo yang memberitahukan padanya kalau
Woo Hyun sedang ada di sini dan menunggunya, pasalnya Woo Hyun sudah mengatakan
padanya kalau Boo Hyun sudah pulang ke Korea dan akan menginap di apartemetnya.
Tapi keterkejutannya terbayarkan setelah Woo Hyun mengatakan padanya kalau Woo
Hyun hanya ingin melihatnya bekerja di Kafe. Setelah Sung Gyu meletakkan es
susu coklat oreo pesanan Woo Hyun, Sung Gyu kembali mengerjakan tugasnya
sebagai pelayan.
Sementara
Sung Jong terus menceritakan keseruannya dengan Ny. Kim di Itali setelah lolos
dari perbudakan, Woo Hyun hanya menanggapinya dengan anggukan dan jawab
iya/tidak. Mata Woo Hyun hanya terpokus pada Sung Gyu. Tak jarang mata keduanya
bertemu, dan saat itulah Sung Gyu melempar senyum manisnya pada Woo Hyun. Hanya
karena senyum manis itulah dunia Woo Hyun seolah-olah berhenti. Jika bukan Sung
Jong yang menepuk jidat Woo Hyun, sepertinya Woo Hyun tidak akan kembali ke
dunianya. Sikap Sung Jong yang selalu bertingkah seenak jidat memang tak bisa
dihindari. Walaupun Woo Hyun menjabat sebagai kakak iparnya, tanpa ragu Sung
Jong menjitak bahkan menepuk jidat Woo Hyun yang ketahuan menggoda Sung Gyu
dengan senyum dan wing alaynya.
Setelah
shif jam kerja Sung Gyu habis, Woo Hyun meminta Sung Jong menunggu Sung Gyu di
dalam mobil. Dengan alasan ingin bicara berdua, akhirnya Sung Jong meninggalkan
Woo Hyun dan Sung Gyu di kursi yang selama ini menjadi favorite Woo Hyun.
“Kau
menungguku?” Tanya Sung Gyu disertai senyum tipis.
“Eum,”
Woo Hyun hanya menjawab tanpa melepas tatapannya dari mata Sung Gyu, tangannya
pun dengan nyaman menggenggam tangan hangat Sung Gyu.
“Waeyo?
Merindukanku?”
“Eum,”
Woo Hyun terus menggenggam tangan Sung Gyu, tanpa berniat melepas tangannya.
“Ck!
Baru tadi siang kau mengerjaiku” Sung Gyu berdecak mengingat sentuhan Woo Hyun
tadi siang pada tubuhnya. Woo Hyun benar-benar kelewat batas, “Kau meninggalkan
Boo Hyun Hyung?”
“Eum,”
“Berhentilah
menatapku seperti itu,”
“Mata
mungilmu benar-benar membuatku tidak bisa mengalihkan perhatianku,”
Ahh
... sudah lama Sung Gyu tidak merasakan pipinya memanas. Kali ini ia rasakan
kembali. Pipinya langsung bersemu merah mendengar ucapan Woo Hyun.
“Berhenti
menggombaliku, Hyun.”
“..........
aku tidak sedang menggombalimu, aku serius, Gyu.”
“Tetap
saja,”
“Malam
ini kau tidur dengan Sung Jong,”
“Itu
pertanyaan atau pernyataan?”
“Pernyataan,”
Sung
Gyu menghela napasnya, “Baiklah,”
“Kalau
begitu pulanglah, aku juga akan pulang,”
Keduanya
sama-sama keluar Kafe Paradise. Sung Jong sudah menunggu Sung Gyu di depan Kafe
sambil mendengarkan musik dari sound mobilnya. Walaupun sudah keluar kafe pun
Woo Hyun tak berniat melepas tangan Sung Gyu. Woo Hyun hanya membukakan pintu
mobil untuk Sung Gyu, tangannya belum terlepas. Tangan mereka terlepas karena
Sung Gyu melepasnya. Sebelum pergi, tak lupa Woo Hyun memberikan kecupan
singkat di bibir Sung Gyu. Hanya sebuah kecupan kilat mengingat mereka sedang
berada di tempat umum dan Sung Jong yang ada di samping Sung Gyu juga masih
polos.
“Besok
aku akan menjemputmu,” ucap Woo Hyun sambil mengelus pipi mulus Sung Gyu.
“Aku
tunggu,”
Mobil
Sung Jong pun mulai menjauh dari tempatnya berdiri, meninggalkan Woo Hyun yang
mematung sambil menatap kepergian Sung Gyu. Woo Hyun juga mulai mengeluarkan
mobilnya dari tempat parkir, bersiap menginjak pedal gas mobilnya menuju
apartementnya.
‘Sesuatu
yang memilik wujud tidak sempurna, semuanya memiliki filosof dibalik
penciptaannya. Filosof tentang teh hijau dan es susu coklat oreo benar-benar
berbanding terbalik. Sedangkan mereka adalah saudara kandung. Keduanya hanya
sama-sama mengungkapkan tentang kehidupan.’
TBC